Aksara Jawa
Dari ensiklopedia bebas
Aksara Jawa (atau dikenal dengan nama hanacaraka atau carakan) adalah aksara jenis abugida turunan aksara Brahmi yang digunakan atau pernah digunakan untuk penulisan naskah-naskah berbahasa Jawa, bahasa Makasar, bahasa Madura[rujukan?], bahasa Melayu[rujukan?] (Pasar), bahasa Sunda[1], bahasa Bali[rujukan?], dan bahasa Sasak[1]. Bentuk aksara Jawa yang sekarang dipakai (modern) sudah tetap sejak masa Kesultanan Mataram (abad ke-17) tetapi bentuk cetaknya baru muncul pada abad ke-19. Aksara ini adalah modifikasi dari aksara Kawi dan merupakan abugida.
silahkan download FONT JAWA di bawah ini.......................
Aksara Jawa Download
Klasifikasi

Kelompok aksara
Pada bentuknya yang asli, aksara Jawa Hanacaraka ditulis menggantung (di bawah garis), seperti aksara Hindi. Namun demikian, pengajaran modern sekarang menuliskannya di atas garis.Aksara hanacaraka Jawa memiliki 20 huruf dasar, 20 huruf pasangan yang berfungsi menutup bunyi vokal, 8 huruf "utama" (aksara murda, ada yang tidak berpasangan), 8 pasangan huruf utama, lima aksara swara (huruf vokal depan), lima aksara rekan dan lima pasangannya, beberapa sandhangan sebagai pengatur vokal, beberapa huruf khusus, beberapa tanda baca, dan beberapa tanda pengatur tata penulisan (pada).
Huruf dasar (aksara nglegena)
Pada aksara Jawa hanacaraka baku terdapat 20 huruf dasar (aksara nglegena), yang biasa diurutkan menjadi suatu "cerita pendek":Aksara nglegena | |||||||||
![]() |
![]() |
![]() |
![]() |
![]() |
![]() |
![]() |
![]() |
![]() |
![]() |
![]() |
![]() |
![]() |
![]() |
![]() |
![]() |
![]() |
![]() |
![]() |
![]() |
Huruf pasangan (Aksara pasangan)
Pasangan dipakai untuk menekan vokal konsonan di depannya. Sebagai contoh, untuk menuliskan mangan sega (makan nasi) akan diperlukan pasangan untuk "se" agar "n" pada mangan tidak bersuara. Tanpa pasangan "s" tulisan akan terbaca manganasega (makanlah nasi).Tatacara penulisan Jawa Hanacaraka tidak mengenal spasi, sehingga penggunaan pasangan dapat memperjelas kluster kata.
Berikut ini adalah daftar pasangan:
Aksara pasangan | |||||||||
![]() |
![]() |
![]() |
![]() |
![]() |
![]() |
![]() |
![]() |
![]() |
![]() |
![]() |
![]() |
![]() |
![]() |
![]() |
![]() |
![]() |
![]() |
![]() |
![]() |
Huruf utama (aksara murda)
Pada aksara hanacaraka memiliki bentuk murda (hampir setara dengan huruf kapital) yang seringkali digunakan untuk menuliskan kata-kata yang menunjukkan nama gelar, nama diri, nama geografi, nama lembaga pemerintah, dan nama lembaga berbadan (Kata-kata dalam Bahasa Indonesia yang menunjukkan hal-hal diatas biasanya diawali dengan huruf besar atau kapital. Untuk itulah pada perangkat lunak ini kita gunakan huruf kapital untuk menuliskan aksara murda atau pasangannya)Berikut ini adalah aksara murda serta pasangan murda:
Aksara murda | |||||||
![]() |
![]() |
![]() |
![]() |
![]() |
![]() |
![]() |
![]() |
Pasangan | |||||||
![]() |
![]() |
![]() |
![]() |
![]() |
![]() |
![]() |
![]() |
Huruf Vokal Mandiri (aksara swara)
Aksara swara | ||||
![]() |
![]() |
![]() |
![]() |
![]() |
Huruf tambahan (aksara rèkan)
Aksara rèkan | ||||
![]() |
![]() |
![]() |
![]() |
![]() |
Huruf Vokal tidak Mandiri (sandhangan)
Nama Sandhangan | Aksara Jawa | Keterangan |
Wulu | ![]() |
tanda vokal i |
Suku | ![]() |
tanda vokal u |
Taling | ![]() |
tanda vokal é |
Pepet | ![]() |
tanda vokal e |
Taling Tarung | ![]() |
tanda vokal o |
Layar | ![]() |
tanda ganti konsonan r |
Wignyan | ![]() |
tanda ganti konsonan h |
Cecak | ![]() |
tanda ganti konsonan ng |
Pangkon | ![]() |
tanda penghilang vokal |
Péngkal | ![]() |
tanda ganti konsonan ya |
Cakra | ![]() |
tanda ganti konsonan ra |
Cakra keret | ![]() |
tanda ganti konsonan re |
Tanda-tanda Baca (pratandha)
Tanda baca | Aksara Jawa | Keterangan |
Adeg-adeg | ![]() |
tanda awal kalimat |
Pada lingsa | ![]() |
tanda koma |
Pada lungsi | ![]() |
tanda titik |
Pada pangkat | ![]() |
penanda angka |
Pada guru | ![]() |
Awalan surat/cerita |
Pada pancak | ![]() |
Akhir surat/cerita |
Pada luhur | ![]() |
Awal surat untuk derajat lebih tinggi |
Pada madya | ![]() |
Awal surat untuk derajat sebaya |
Pada andhap | ![]() |
Awal surat untuk derajat lebih rendah |
Purwa pada | ![]() |
Awalan tembang |
Madya pada | ![]() |
Tengah tembang (bait) |
Wasana pada | ![]() |
Akhir tembang |
Gaya Penulisan (Style, Gagrag) Aksara Jawa
Berdasarkan Bentuk aksara Penulisan aksara Jawa dibagi menjadi 3 yakni:- Ngetumbar

- Mbata Sarimbag

- Mucuk eri
Berdasarkan Daerah Asal Pujangga/Manuskrip, dikenal gaya penulisan aksara Jawa :
- Jogjakarta

- Surakarta

- Lainnya



Aturan baku penggunaan hanacaraka
Penggunaan (pengejaan) hanacaraka pertama kali dilokakaryakan pada tahun 1926 untuk menyeragamkan tata cara penulisan menggunakan aksara ini, sejalan dengan makin meningkatnya volume cetakan menggunakan aksara ini, meskipun pada saat yang sama penggunaan huruf arab pegon dan huruf latin bagi teks-teks berbahasa Jawa juga meningkat frekuensinya. Pertemuan pertama ini menghasilkan Wewaton Sriwedari ("Ketetapan Sriwedari"), yang memberi landasan dasar bagi pengejaan tulisan. Nama Sriwedari digunakan karena lokakarya itu berlangsung di Sriwedari, Surakarta. Salah satu perubahan yang penting adalah pengurangan penggunaan taling-tarung bagi bunyi /o/. Alih-alih menuliskan "Ronggawarsita" (bentuk ini banyak dipakai pada naskah-naskah abad ke-19), dengan ejaan baru penulisan menjadi "Ranggawarsita", mengurangi penggunaan taling-tarung.Modifikasi ejaan baru dilakukan lagi tujuh puluh tahun kemudian, seiring dengan keprihatinan para ahli mengenai turunnya minat generasi baru dalam mempelajari tulisan hanacaraka. Kemudian dikeluarkanlah Surat Keputusan Bersama (SKB) tiga gubernur (Jawa Tengah, DI Yogyakarta, dan Jawa Timur) pada tahun 1996 yang berusaha menyelaraskan tata cara penulisan yang diajarkan di sekolah-sekolah di ketiga provinsi tersebut.
Tonggak perubahan lainnya adalah aturan yang dikeluarkan pada Kongres Basa Jawa III, 15-21 Juli 2001 di Yogyakarta. Perubahan yang dihasilkan kongres ini adalah beberapa penyederhanaan penulisan bentuk-bentuk gabungan (kata dasar + imbuhan).
Perubahan Aksara Pallawa ke Aksara-Aksara
Nusantara

Tidak ada komentar:
Posting Komentar